Jumat, 04 Maret 2016

Pendidikan Moral Anak Indonesia


Setelah saya menyajikan artikel tentang bagaimana peran keluarga dalam pendidikan, kalian dapat melihatnya di peran keluarga dalam pendidikan. Kali ini saya akan membahas tentang bagaimana pendidikan moral anak Indonesia.

Miris jika melihat kehancuran mental generasi kita sampai saat ini.. Maraknya angka freesex atau seks bebas di kalangan remaja, maraknya penggunaan obat-obatan terlarang, seringnya terjadi bentrokan antar warga, antar pelajar, mahasiswa dengan aparat, dan lainnya yang biasanya didasari hal-hal sepele. Semakin banyaknya juga kasus korupsi yang terungkap ke permukaan menunjukan degradasi moral tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa, sampai pada para pejabat yang seharusnya menjadi pengayom dan teladan bagi warganya. Saya merasa sangat sedih karena tidak bisa melakukan apapun untuk menhadapi situasi ini. Apakah generasi kita diambang kehancur ataukah kita belum mampu memberikan pendidikan moral dengan baik kepada anak-anak kita.

Salah satu cara menurut hemat saya adalah melalui pemberian sejak dini akan arti pentingnya pendidikan moral, perbaikan sosial dan kemajuan peradaban bangsa yang menjunjung tinggi integritas nilai dan kemanusiaan bagi generasi Indonesia. Harapan dari pendidikan karakter yang berbasis moral ini dapat terciptanya keseimbangan antara pengetahuan dan moral anak-anak. Tugas dalam membentuk model pendidikan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga tetapi pihak lembaga sekolah formal seperti sekolah, lingkungan bermain anak sampai pada pemerintah bersangkutan. Salah satu wujud pendidikan moral dapat kita terapkan melalui pentransferan nilai-nilai budaya sejak dini adalah salah satu cara yang cukup efektif meningat masa-masa keemasan seorang anak dimulai sejak usia 0-8 tahun. Nilai-nilai budaya ini seperti saling memaafkan, tidak sombong, bertanggung jawab, tolong menolong, tenggang rasa, toleransi, rendah hati, pemaaf, dan sebagainya. Diharapkan tertanamnya nilai-nilai budaya tersbeut didiri tiap anak, terbentuk karakter yang baik, yang berlaku dan disepakati masyarakat kita. 

Kalau seorang anak mampu bersikap baik, ditunjang dengan lingkungan yang baik yakin dan percaya anak itu akan menjadi orang baik. Nah untuk lingkungan yang baik adalah tugas kita bersama. Mengingat arus telekomunikasi sangat besar peranannya dalam mempengaruhi pola pikir anak-anak sekarang ini. Setiap anak sudah dengan mudah dan cepat mengakses banyak informasi, tak terkecuali informasi negatif. Diusia yang masih kecil, seorang anak belum dapat membedakan mengenai informasi yang unsurnya berbau positif maupun negatif. Mereka hanya dapat melihat, mendengar dan menyaksikan hal-hal yang sebenarnya menyimpang dari norma dan adat istiadat budaya kita. Sebut saja seperti mudahnya mengakses video atau hal-hal yang berunsur pornografi dapat diakses dengan mudah, cepat dan dimana saja. Akses kriminalitas yang terjadi dimanapun dan kapapun saja mereka dapat melihatnya. Berbagai adegan prilaku yang tidak senonoh misalnya juga dapat diakses dengan cepat seperti kasus perselingkuhan , pembunuhan dan pecurian. Hal ini dapat tertanam dan tidak sedikit yang menjadi ajang percontohan bagi mereka. Perhatian pendidikan moral terhadap anak sepatutnya harus diberdayakan sedini mungkin.

Sebenarnya tugas yang paling penting dan utama berasal dari peran keluarga yang telah saya paparkan pada artikel sebelumnya. Anda dapat mengaksesnya di peran keluarga dalam pendidikan. Bahkan ada yang bilang “kalau ingin tahu kepribadian seseorang maka yang paling mirip kepribadiannya adalah orangtuanya”. Selain faktor biologis (gen) yang diwariskan kepada mereka yang berpengaruh terhadap sikap dan kepribadiananya, berbagai nilai-nilai kepribadian yang diajarkan sejak kecil juga diperoleh pertama kali dari orangtua. Contoh, seorang anak dalam masyarakat Bugis diajarkan nilai kesopanan dalam berperilaku dengan berjalan tidak menlangkahi orang yang lebih tua dan menaruh tangan kanannya dibawah sambil berjalan, mereka harus mengatakan tabe’ yang artinya permisi. Perilaku ini terdengar simple tapi sudah dilakukan sejak dulu kala (turun-temurun). Selain itu, ada kata yang diucapkan sebagai bentuk kesopanan menandakan setuju yaitu kata iye’. Kedua kata ini telah ditransferkan oleh nenek-moyang terdahulu sebagai warisan yang tidak bisa ditinggalkan dan menjadi bagian dari hidup mereka. Bahkan jika mereka melanggarnya, maka mendapatkan sanksi sosial seperti menganggap orang itu tidak sopan, mereka dianggap sudah meninggalkan adat istiadat.

Artikel Terkait

Pendidikan Moral Anak Indonesia
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email