Selasa, 12 Juli 2016

Hari Raya Idul Fitri Sebagai Pendidikan MoralAnak

Halo bunda, kurang lebih hampir dua bulan lamanya ya baru sempat nulis lagi nih. Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, idul fitri kemarin tak boleh disia-siakan begitu saja ya bun. Jika kita berfikir lebih jelih lagi maka kita dapat mengambil pengalaman menarik seputar kehidupan anak-anak kita di hari lebaran. Setelah saya telah memaparkan mengenai Kekerasan Terhadap Siswa yang dapat anda lihat disini. Nah pada kesempatan ini saya akan menyajikan tulisan yang tidak kalah pentingnya loh, bagaimana para bunda dapat memanfaatkan momentum idul fitri sebagai pendidikan moral anak-anak kita. Selamat membaca.

Sebagai orangtua tentu menjadi tanggung jawab yang sangat berat dalam mendidik seroang anak. Kadang kala mereka harus menyesuaikan dengan karakter sang anak, ada yang memang membutuhkan perhatian yang lebih ekstra, ada juga yang tidak perlu mengeluarkan kekuatan yang berlebihan. Mungkin cukup saja dengan memberikaan contoh dari tiap pendidikan yang diberikan, misalnya pengalaman sang ibu atau ayah yang dijadikan contoh nyata. Kenapa pengalaman orangtua karena lebih dapat mengembalikan memori anak apalagi hal yang telah terjadi dalam kehidupan nyata. Mereka dapat lebih mengingat dengan mudah dan akan dapat tersimpan dengan baik.

Sebagai orangtua yang memiliki tanggung jawab yang besar, tak terkecuali di hari raya idul fitri menjadi moment yang juga penting loh dalam melatih moral anak-anak kita. Saat berkumpul bersama keluarga di rumah, atau menempuh perjalanan mudik, tentu rasa bahagia mendominasi. Kita seolah mendapat kesempatan mengenal kembali anak kita, belajar hal-hal baru yang sehari-hari kadang terlewatkan. Ada yang membingungkan, ada pula yang menyebalkan. Banyak juga yang mengharukan dan membanggakan.

Kata “Mohon maaf lahir batin” sering sekali diucapakan dan sudah menjadi kalimat umum yang wajib diucapkan tiap kali lebaran. Tak terkecuali menjadi bagian dari pendidikan anak-anak tiap hari raya ini datang. Sebenarnya kalimat ini adalah kalimat biasa yang berjumlah empat suku kata, namun jika jelih melihat dan memikirkan, kita dapat menjadikannya sebagai sebuah ajakan untuk benar-benar meminta maaf. Kita dapat memahamkan kepada anak-anak kita bahwa kata maaf disini tidak hanya sekedar ucapan saja, melainkan juga berniat agar tidak melakuka prilaku buruk atau negatif lagi di hari lain.

Selain itu, setelah mengucapkan kalimat tersebut biasanya (bahkan sudah menjadi kebiasaaan kita) menyalim tangan orang yang lebih tua dari kita. Dengan menggunakan tangan kanan, sambil menciumnya atau menyentuh jidat kita. Sebenarnya kebiasaaan ini sangat penting kepada sang anak, sebagai simbol dari sikap menghormati orang yang lebih tua atau dewasa dari kita. Saya sering melihat banyak orantua yang melatih anak-anak mereka sejak kecil tiap ingin berangkat keluar dari rumah atau sebagai tanda perpisahan bias any mereka mencium tangan kangan orang yang lebih tua seperti orangtua, kakak, nenek dan kakek dan sebagainya. Selajutnya mereka diberikan sejumlah uang sebagai hadiah, atau berupa benda.

Sebenarnya ada sebagian orangtua menganggap bahwa memberikan hadiah kepada seorang anak-anak mereka setiap setelah melakukan sesuatu yang diperintahkan tidaklah baik untuk psikologi anak-anak mereka. Namun, ada juga sebagian orangtua menganggap hal tersebut juga baik dengan alasan melatih anak untuk lebih belajar mandiri dengan berusaha untuk mendapatkan sebuah imbalan dari usaha yang telah dilakukannya. Dalam momentum idul fitri kebiasaaan memberi hadiah, baik dalam bentuk uang ataupun sebuah main yang telah janjikan kepada sang anak sebagai hadiah karena telah berpuasa selama sebulan penuh misalnya, atau hal lain yang telah mereka lakukan. Biasanya juga ketika banyak keluarga datang dari luar kota tidak sedikit yang membagikan THR atau sering orang sebut sebagai Tunjangan Hari Raya kepada sanak saudara atau keluarga di hari lebaran.

Sebenarnya kebiasaaan ini menurut saya sangat penting juga, penting kepada anak-anak. Ada nilai saling berbagi di dalamnya, nilai yang menunjukkan pentingnya saling berbagi rezeki yang telah diberikan oleh Allah Swt. Untuk lebih efesien menurut hemat saya adalah saat momentum pemberian hadiah disini dapat dimanfaatkan oleh bunda untuk memberikan pendidikan minimal sebagai berikut; pahamkan ke anak-anak bahwa setelah kita bekerja keras maka kita dapat merasakan hasil jerih payah setelah bekerja keras, memberi dengan berbagi sebagian harta yang dianugerahkan kepada kita kepada sebagian anak yatim (dan orang-orang yang membutuhkan) adalah sesuatu sikap moral yang baik dalam menumbuhkan empati sang anak, mengajarkan anak agar dapat menjalin silaturahmi dengan bersosialisasi kepada keluarga dan kerabat, dan masih banyak lagi yang dapat kita ajarkan tergantung kratifitas bunda masing-masing.

Demikianlah tulisan saya kali ini anda dapat juga melihat artikel lain seperti Pendidikan Moral Anak Indonesia dengan klik disini atau artikel-artikel lain yang terkait. Nantikan tulisan-tulisan saya selanjutnya yang bun, akan ada hal menarik lainnya yang dapat kita pelajari dari tiap pengalaman kita sehari-hari loh. See you next time bun, sekian dan terima kasih.








Artikel Terkait

Hari Raya Idul Fitri Sebagai Pendidikan MoralAnak
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email